daku

UcOk_CibuRLNunG_Anak_Na_Burju

Minggu, 09 Oktober 2011

Desa Sipange ( potret Pengrajin Besi )



Pandai besi merupakan warisan kerajinan yang turun temurun sejak dahulu kala, karena itu tidak mengherankan kalau pandai besi selalu ada di mana-mana sekalipun sekarang ini jumlahnya semakin menipis akibat tergilas zaman yan penuh teknologi canggih, bahkan sudah bisa dikategorikan mendekati kepunahan.
           
Dikatakan demikian  mengingat kerajinan pandai besi sekarang ini semakin minim digeluti masyarakat sekalipun  prospek dari kerajinan pandai besi itu sendiri sangatlah bagus jika dikelola dengan baik dan profesional akan bisa mendatangkan penghasilan yang memadai untuk ukuran keluarga.

Namun sayangnya, perajin pandai besi ini kian hari kian hilang meskipun kerajinan itu salah satu warisan budaya leluhur yang harus di lestarikan karena kerajinan pandai besi itu sangat erat kaitannya dengan kondisi Negara Indonesia yang agraris.
          
Beranjak dari kondisi tersebutlah yang kemungkinan menjadi salah satu alasan kuat sehingga Kabupaten Tapanuli Selatan sejak dipimpin Ir H Ongku Parmonangan Hasibuan mencoba mempertahankan sekaligus melestarikan kerajinan pandai besi yang merupakan bagian dari budaya bangsa khususnya di Kabupaten Tapanuli Selatan di samping upaya pemerintah untuk mengangkat perekonomin warga.
          
Sebagai langkah konkrit Pemkab Tapanuli Selatan, dipilihlah Desa Sipange, Kecamatan Sayur Matinggi sebagai pusat perajin pandai besi setelah sebelumnya melalui tahapan penelitian, perencanaan untuk kemudian dikembangkan karena Desa Sipange satu – satunya desa yang 75 persen masyarakatnya menggeluti kerajinan pandai besi untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari dengan tehnik pengolahan  yang masih bersifat tradisional saat itu.
          
Setelah Desa Sipange diputuskan sebagai pusat perajin pandai besi, di tahun 2007 yang lalu program pemerintahan Ongku Hasibuan yang langsung menyentuh perekonomian masyarakat dimulai dengan mendirikan banginan sentra ataupun workshop dan showroom kerajinan pandai besi Sipange sekaligus dilengkapi dengan fasilitas alat – alat pengolahan besi yang menggunakan teknologi modern agar hasil kerajinan masyarakat  lebih berkualitas dan dikerjakan dengan cepat dan tepat untuk dipasarkan dalam skala besar.

Mencari Solusi
Sentra kerajinan pandai besi Sipange yang pernah mendapat bantuan langsung dari Gubernur Sumatera Utara bernaung di bawah koperasi masyarakat yang dipimpin Khairul Ahmad Sigalingging dengan pekerja langsung ber anggotakan penduduk setempat dengan sistem bergantian.
         
Dari data yang dihimpun, Pemkab Tapanuli Selatan tidak hanya berhenti dalam program pendirian bangunan fisik maupun peralatannya saja, melainkan juga langsung mencari solusi peningkatan pemasaran kerajinan besi dengan cara memfasilitasi kerja sama antara perajin pandai besi Sipange dengan perkebunan PTPN II dan III pada pertengahan tahun 2007 lalu di Torsibohi Nauli Hotel.
          
Hal itu dilakukan Ongku Hasibuan disamping sebagai bupati tumpuan harapan untuk kesejahteraan masyarakat Tapsel, dalam diri Ongku Hasibuan juga mengalir “darah ‘ pengusha yang menuntunnya bertindak cepat untuk perbaikan taraf hidup masyarakat dan tidak berhenti hanya pada satu titik strategi pengembangan usaha mikro di bidang usaha kecil menengah.
          
Dan atas dasar itu juga tidak mengherankan kalau di tahun 2009 baru –baru ini akhirnya Bupati Tapanuli Selatan Ongku Parmonangan Hasibuan atas nama masyarakat meraih penghargaan  Upakarat dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono atas perhatian dan keberhasilannya dalam mengembangkan usaha kecil menengah (UKM).  
          
Namun sekalipun penghargaan itu telah diraih, masih ada sesuatu yang harus diperhatikan Pemkab Tapanuli Selatan. pandai besi Sipange yang sekarang ini sebenarnya sangatlah memerlukan perhatian serius dari pemerintah daerah di samping perhatian pemerintah dalam bentuk modal, juga mengalami masalah serius dalam bidang pemasaran.

Pemasaran sampai sekarang masih dalam skop kecil dan itu hanya berputar di beberapa wilayah kabupaten antara Tapsel, kemudian Mandailing Natal, Sidimpuan, serta Padanglawas dan Padanglawas Utara, sedangkan pemasaran paling jauh hanya di wilayah Jambi dan Pekanbaru, dan itupun terjadi hanya Karen kultur kerabat yang tinggal di wilayah itu.
          
Tidak ada salah rasanya kalau Pemkab Tapanuli Selatan meninjau kembali metode pemasaran hasil kerajinan pandai besi Sipange serta lebih memperjelas hubungan kerjasama dengan pihak PTPN II dan III.  Sebaliknya kepada para perajin pandai besi diharapkan untuk dapat mempertahankan mutu dan kualitas hasil kerajinannya.


sumber( http://http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=90544:potret-perajin-pandai-besi-sipange&catid=68:features&Itemid=159)

Tidak ada komentar: